Kasus antraks di Gunungkidul, telah menasional terlebih ada berita yang dilebih-lebihkan terutama kebiasaan brandu yang beterjadi pada masyarakat yang di blow up media lokal bahkan nasional.
Warga Dusun Jati Kalurahan Candirejo di Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY masih trauma dengan kasus antraks yang menyerang sapi-sapi mereka dan menyebabkan 1 orang meninggal dunia.
Mendapati ada warganya yang meninggal karena suspek antraks Dinas Kesehatan Gununungkidul langsung turun ke lapangan untuk melakukan penelusuran. Hasilnya, memang ada kasus warga meninggal karena antraks di Semanu, Gunungkidul.
Lebih lanjut, Dinkes lalu mengambil sampel terhadap ratusan orang yang ikut menyembelih dan mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks.
Kemudian di ambil sampel darah semua yang terpapar daging diduga karena antraks, yang kontak dengan daging itu berjumlah 125 orang.
"Dari 125 orang itu, yang positif (antraks) ada 85. Yang bergejala ada 18 orang, gejalanya ada luka, bengkak, ada pula yang diare, pusing-pusing dan sebagainya.
Penyakit antraks yang menyerang ternak sapi kita adalah penyakit bakterial bersifat menular akut pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Dalam bahasa Yunani, antraks berarti batu bara. Istilah ini digunakan karena kulit korban yang terkena antraks akan berubah menjadi hitam. Antraks sendiri lebih sering menyerang hewan herbivora liar dan yang telah dijinakkan.
Penyakit antraks bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
Bacillus anthracis sebagai penyebab penyakit antraks, bersifat gram positif, berbentuk batang, tidak bergerak dan membentuk spora. Bentuk vegetatif dari bakteri ini dapat tumbuh subur di dalam tubuh dan segera menjadi spora apabila berada di luar tubuh ketika kontak dengan udara luar. Spora ini dengan cepat akan terus menyebar melalui air hujan.
Hewan ternak dapat terinfeksi penyakit antraks apabila memakan pakan atau meminum air yang terkontaminasi spora tersebut atau jika spora mengenai bagian tubuh yang luka. Ternak penderita antraks kemudian dapat menulari ternak yang lain melalui cairan (eksudat) yang keluar dari tubuhnya. Cairan ini kemudian mencemari tanah sekelilingnya dan dapat menjadi sumber untuk munculnya wabah berikutnya.
Belajar dari kejadian ini masyarskat peternak bisa segera mengambil langkah-langkah pencegahan dan penanganan pasca terjadinya wabah.
Jangam sampai akibat kebijakan yang diambil pemerintah keliru menyebabkan warga menjadi trauma untuk memelihara sapi.
Padahal, keluarga itu cukup bersusah payah untuk membangun peternakan. Bahkan, selama lima tahun belakangan ini mereka sudah mulai merasakan betapa usaha beternak membantu perekonomian keluarga, termasuk biaya pendidikan bagi anak-anaknya.
Munculnya kasus antraks dan penyakit lain yang silih berganti menyebabkan duka bagi peternak di pedesaan yang beternak hanya 1 pe 2 ekor sapi.
Untuk itu peternak terus berharap pemerintah bisa secepatnya mengatasi masalah antraks dan lato-'lato.
Trimakasih
Komentar
Posting Komentar