Pilih Muda atau Tua?
Orang tua dan orang muda punya peluang yang sama menjadi bupati Gunungkidul. Mereka sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan dari proses berpikirnya, sesuai perkembangan umur dan pengalamannya.
Jabatan Bupati adalah jabatan atau pekerjaan yang spesifik, menggabungkan antara jabatan politik, dengan kepemimpinan yang sebenarnya.
Mengapa pemimpin Muda ?
Pengalaman tampilnya Jokowi sebagai Presiden RI mengalahkan kandidat calon presiden usia lanjut seperti Prabowo, Aburizal Bakri, Wiranto, Yusuf Kalla, Megawati menunjukkan sebagian rakyat Indonesia ingin Indobesia cepat maju dan berkembang ditangan kepemimpinan anak muda. Muda yang diidentikkan dengan kondisi gesit, lincah, mudah bergerak menyesuaikan diri, berfikir maju adalah modal dasar seorang pemimpin.
Memilih pemimpin yang tua dan sudah uzur punya pemikiran agar budaya feodal terus abadi dan mengakar di negeri Indonesia sehingga budaya korupsi dan kolusi tetep abadi tanpa tersentuh hukum sebab mempunyai pemimpin sudah tua yang pasti tidak gesit, malas berfikir dan seneng dengan kondisi seadanya ataukah memang dikondisikan juga mempunyai pemimpin tua agar semua actor dibalik layar bisa lebih banyak memainkan peran sebab orang tua cenderung lebih gampang diatur, malas berfikir, mudah puas atau menerima keadaan, santai dan tidak mau repot.
Padahal seandainya kalau mau sama-sama berfikir dan melihat sejarah hampir setiap perubahan dibawa kaum muda.
Misalnya peristiwa proklamasi Indonesia.
“Peristiwa Proklamasi Indonesia semua juga di awali dominasi Kaum Muda yang ingin kita merdeka bukan karena sekedar pemberian layaknya negara persemakmuran Inggris seperti kebanyakan Negara tetangga yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok yaitu keberanian Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran pada lambannya Kaum Tua begerak dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945.
Bersama Shodanco Singgih yang merupakan salah seorang anggota PETA dan beberapa pemuda lain nekat menculik Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Di sini para kaum muda kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya sehingga memohon agar Suokarno dan Hatta sebagai figure pergerakan sesegera mungkin memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.”
Peristiwa penggulingan Rezim ORBA (Reformasi 1997-1998) yang sudah berkuasa selama 32 Tahun semua diawali gerakkan kaum muda”
Demo besar besaran oleh kaum muda, pelajar dan mahasiswa menduduki gedung DPR MPR di Senayan, dengan tuntutan agar presiden Soeharto lengser adalah torehan sejarah kaum muda.
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang menggambarkan fighting spirit kaum muda.
Nah jangan ragu pilih pemimpin muda yang masih sehat dan bugar, mungkin dari pengalaman masih kurang, tapj sengan tempaan dan tantangan yang ada akan cepat menyesuaikan diri.
Renungan, 22 Agustus 2020
Orang tua dan orang muda punya peluang yang sama menjadi bupati Gunungkidul. Mereka sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan dari proses berpikirnya, sesuai perkembangan umur dan pengalamannya.
Jabatan Bupati adalah jabatan atau pekerjaan yang spesifik, menggabungkan antara jabatan politik, dengan kepemimpinan yang sebenarnya.
Mengapa pemimpin Muda ?
Pengalaman tampilnya Jokowi sebagai Presiden RI mengalahkan kandidat calon presiden usia lanjut seperti Prabowo, Aburizal Bakri, Wiranto, Yusuf Kalla, Megawati menunjukkan sebagian rakyat Indonesia ingin Indobesia cepat maju dan berkembang ditangan kepemimpinan anak muda. Muda yang diidentikkan dengan kondisi gesit, lincah, mudah bergerak menyesuaikan diri, berfikir maju adalah modal dasar seorang pemimpin.
Memilih pemimpin yang tua dan sudah uzur punya pemikiran agar budaya feodal terus abadi dan mengakar di negeri Indonesia sehingga budaya korupsi dan kolusi tetep abadi tanpa tersentuh hukum sebab mempunyai pemimpin sudah tua yang pasti tidak gesit, malas berfikir dan seneng dengan kondisi seadanya ataukah memang dikondisikan juga mempunyai pemimpin tua agar semua actor dibalik layar bisa lebih banyak memainkan peran sebab orang tua cenderung lebih gampang diatur, malas berfikir, mudah puas atau menerima keadaan, santai dan tidak mau repot.
Padahal seandainya kalau mau sama-sama berfikir dan melihat sejarah hampir setiap perubahan dibawa kaum muda.
Misalnya peristiwa proklamasi Indonesia.
“Peristiwa Proklamasi Indonesia semua juga di awali dominasi Kaum Muda yang ingin kita merdeka bukan karena sekedar pemberian layaknya negara persemakmuran Inggris seperti kebanyakan Negara tetangga yang kemudian dikenal dengan Peristiwa Rengasdengklok yaitu keberanian Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran pada lambannya Kaum Tua begerak dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945.
Bersama Shodanco Singgih yang merupakan salah seorang anggota PETA dan beberapa pemuda lain nekat menculik Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Di sini para kaum muda kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya sehingga memohon agar Suokarno dan Hatta sebagai figure pergerakan sesegera mungkin memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia.”
Peristiwa penggulingan Rezim ORBA (Reformasi 1997-1998) yang sudah berkuasa selama 32 Tahun semua diawali gerakkan kaum muda”
Demo besar besaran oleh kaum muda, pelajar dan mahasiswa menduduki gedung DPR MPR di Senayan, dengan tuntutan agar presiden Soeharto lengser adalah torehan sejarah kaum muda.
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang menggambarkan fighting spirit kaum muda.
Nah jangan ragu pilih pemimpin muda yang masih sehat dan bugar, mungkin dari pengalaman masih kurang, tapj sengan tempaan dan tantangan yang ada akan cepat menyesuaikan diri.
Renungan, 22 Agustus 2020
Komentar
Posting Komentar